Dear sobat.
Hari ini, tidak ada yang istimewa, sama seperti biasa. Aku masih terlamat bangun dipagi hari. Masih lama mandinya, masih lama berpakaiannya, masih juga terlambat datang ke sekolah. Tapi, hari ini ada sesuatu yang berbeda terjadi di sekolah. Entah ada angin apa dengan teman-teman sekelasku, tiba-tiba mereka tersenyum-senyum padaku. Padahal, biasanya bahkan mereka tidak pernah menganggapku ada didunia ini, kecuali beberapa orang, tentunya. Ada peningkatan, yeay!! Ak
u tak tahu apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Saat aku bertanya pada mereka semua, mereka hanya berkata padaku untuk menunggu. Entahlah, tapi rasanya perasaanku tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganjal, meski aku tak tahu apa itu.
“Hei, Kimmy, tunggu sebentar! Loe jangan kabur gitu, donk. Emangnya gue setan, apa?! Loe kenapa sih? Gue tuh cuman pengen nanya sama loe.” Teriak seorang cowok, memanggil sambil melambai ke arah seorang cewek didepannya, yang sedari tadi tak sedikitpun memperlambat langkahnya, apa lagi berhenti, padahal dia tahu cowok dibelakangnya itu memanggil padanya. Memangnya, ada berapa cewek dengan nama Kimmy di sekolah ini?! Apalagi cewek dengan nama Vedette Shcimmer Karei!!
“Kim, bentar donk. Gue mau ngomong! Sepuluh menit aja kok. Mm, oke deh, lima menit. Hei, iya deh. Gue nyerah. Dua menit!! Oke? Sekarang, berhenti!” ucap cowok itu lagi. Kimmy –cewek tadi yang ada di depan cowok itu– memperlambat langkahnya, lalu kemudian berhenti dan berbalik. Kini dua orang yang tadi berkejaran itu berdiri berhadapan, dengan mata saling menatap dalam masuk menembus mata orang dihadapannya. Sadis!!
“Gitu kek, dari tadi. Gue kan jadi ngga’ perlu capek-capek ngejar loe. Loe tuh, ya. Jadi orang tuh ja...–“ ucapannya terpotong dengan sendirinya. Cewek didepannya itu terus-menerus menghentakkan kedua kakinya bergantian di lantai, seirama dengan gerakan jarum detik di jam yang saat ini sedang diperhatikannnya dengan seksama itu. “Kim, gue tuh ngomong sama loe, tahu! Jangan ngacangin gue, donk. Kacang lagi mahal, nih.” Ucap cowok itu lagi.
“29, 30, 31, 32...-“ gumaman cewek itu dipotong dengan kasar oleh cowok tadi.
“Kimmy, loe tuh ya!! Ngga’ usah lebay gitu deh loe. Kalau bukan karena dia, ngga’ bakalan deh gue mau berurusan sama cewek kayak loe. Amit-amit jabang bayi dah... Sekarang, mendingan loe kasih nomor hp loe! Buruan, sebelum gue jadi kepalang malu, karena mesti ngomong sama loe. Cepat!!” bentak cowok itu kasar, sambil menyintakkan tangan cewek itu, yang sedari tadi dicengkramnya dengan kuat.
Cewek itu, Kimmy cuman bisa tertunduk sambil menyebutkan nomor hpnya dengan pelan. Untungnya, cowok itu bisa mendengarnya dan mulai menekan tombol di hpnya sesuai dengan nomor yang diberitahukan Kimmy. Setelah selesai, cowok itu langsung pergi begitu saja, sambil dengan sengaja menabrak bahu kiri Kimmy, lalu dengan gaya meremehkan dia mengusap-usap bahunya yang tadi bersentuhan denga Kimmy dengan tampang jijik.
Kimmy hanya bisa berjalan pelan sambil terus tertunduk, menahan air matanya yang sudah hampir pecah. Ia terus, dan terus berjalan sampai ke pojok koridor paling ujung di lantai paling atas sekolah mereka, lantai 5. Setelah itu, dia mulai membuka laptopnya, membuka websitenya, lalu mulai mengetik lagi.
Dear sobat.
Sekarang aku tahu kenapa perasaanku tidak enak. Sekarang aku tahu mengapa tadi pagi hampir semua teman sekelasku tersenyum-senyum melihatku. Mereka menertawakanku! Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi padaku hari ini, dan mereka senang! Ternyata, aku hanya akan dibuat sedih, terlebih lagi oleh orang yang sempat kukagumi, dulunya.
Kau tahu, tiba-tiba dia mengejarku yang saat itu sedang berlari menahan tangis, dan memanggil namaku. Aku cukup senang saat itu, meski tak punya cukup kekuatan untuk menatapnya. Aku hanya bisa tersenyum senang sambil menjerit dalam hati. Lalu, saat aku sudah punya cukup keberanian dan kekuatan untuk berhenti berlari, berbalik, dan menatapnya, justru dia menyakitiku! Dengan kasar dia berbicara padaku –lebih tepatnya membentakku– hanya untuk meminta nomor hpku, untuk seseorang yang disebutnya sahabat! Apa-apaan itu? Lalu, saat dia sudah mendapatkan nomorku, dengan kasarnya dia menyentakkan tanganku, menabrakku dengan sengaja, lalu menggosok-gosok bahunya yang tadi sempat bersentuhan dengan bahuku, dengan tampang jijik! Bersyukur aku tidak mengaguminya hingga sekarang, dan segera sadar sifat aslinya, sebelum dia sempat membuatku lebih terluka.
“Sepertinya memang sudah nasibku untuk tidak disukai siapapun dimuka bumi ini. Bahkan kedua orangtuaku juga seakan tidak menyadari kehadiranku. Masih bisakah aku hidup, jika aku dianggap tidak ada di muka bumi ini? Untuk apa aku hidup? Hh... Betapa menyedihkannya aku ini.” Ucap Kimmy dengan tampang amat sangat menderita. Sepertinya dia memang sudah mengalami –tepatnya masih hingga sekarang– begitu banyak penderitaan dan siksaan dalam hidupnya.
Drrt... Drrt... If you love me like you tell me.. Drrt.. Please be careful with my heart.. Drrt.. You can take it just don’t break it.. Drrt.. Or my world will fall apart.. Drrt.. You are my first romance.. Drrt.. And I’m willing to take a chance.. Drrt.. That till life is through.. Drrt.. I’ll still be loving you.. Drrt.. I will be true to you.. Drrt.. Just a promise from you will do.. Drrt.. From the very start.. Drrt.. Please be careful with my heart.. Drrt..
“Ahh, masa bodoh. Siapa perduli dengan telepon bodoh itu?” ucap Kimmy menggerutu, sambil terus mengutak-atik apa saja di laptopnya, berusaha untuk tetap sibuk agar tidak perlu mengangkat telepon itu.
I love you and you know I do.. Drrt.. There’ll be no one else for me.. Drrt.. Promise I’ll be always true... For the world and all to see.. Drrt.. Love has heard some lies softly spoken.. Drrt.. And I have had my heart badly broken.. Drrt.. I’ve been burned and I’ve been hurt before.. Drrt.. So I know just how you feel.. Drrt.. Trust my love is real for you.. Drrt.. I’ll be gentle with your heart.. Drrt.. I’ll caress it like the morning dew.. Drrt.. I’ll be right beside you forever.. Drrt.. I won’t let our world fall apart.. Drrt.. From the very start I’ll be careful with your heart.. Drrt.. I try to resist what my heart feels.. Drrt.. But I’m falling into pieces.. Drrt.. Drifting further away from you.. Drrt.. Everything won’t seem right.. Drrt.. If you were here with me.. Drrt.. You’d brush away this loneliness from me Drrt..
Lagu Be Careful With My Heart dari Christian Bautista mengalun dari hp Kimmy. “Ahh, memaksa!!” omelnya sambil meraih hpnya, dan menjawab panggilan itu, dengan amat sangat jengkel –emosi, kesal dan marah bercampur aduk jadi satu padu– “Halo!! Apa!! Bisakah kau tidak meneleponku sekarang?! Aku sedang tidak ingin berbicara panjang lebar. Lebih baik kau pendam keinginanmu itu, dan jangan ganggu aku sekarang!!” bentak Kimmy, lalu menutup telepon itu dengan garang, bahkan sebelum suara di seberang sana, yang meneleponnya berbicara sedikitpun. Ia benar-benar tidak memberikan kesempatan 0,0000001 detikpun!!
“Hei, ada apa denganku ini? Mengapa aku begitu emosi? Ohh, astaga. Siapa yang menelepon tadi? Jarang sekali ada orang yang meneleponku. Tumben sekali. Oh god! Mengapa tadi aku membentaknya dan menutup telepon dengan begitu kasar?! Kasihan juga orang tadi. Ahh, sudahlah. Mungkin memang sudah nasibnya harus merasakan kemarahanku seperti tadi. Ya sudahlah. Lebih baik aku pulang sekarang, masih banyak yang harus kulakukan, daripada duduk disini dan hanya memperbarui websiteku.” Gumamnya sendiri, tak jelas, lalu mematikan laptopnya, membereskan barang-barangnya, kemudian turun dan pulang.
Begitu sampai dirumah, seperti biasanya, memang selalu sepi. Kimmy langsung masuk hanya menggumamkan salam pelan. Untuk apa, toh tidak ada orang dirumah. Dirumahnya hanya ada tiga penghuni, jika dihitung kasarnya. Kimmy, Mama, dan Papa. Tapi, kalau dihitung benar-benar sebenarnya tidak ada penghuninya! Ketiga-tiganya, selalu sibuk dan hampir tidak pernah ada dirumah. Diantara mereka, yang setidaknya paling sering ada dirumah –ngga’ bisa dibilang sering, karena maksimal hanya 12 jam dirumah!!– adalah Kimmy.
Setelah selesai makan siang –hanya paket delivery ukuran sedang, porsi 1 orang, karena memang hanya ada 1 orang–, Kimmy naik ke kamarnya untuk beristirahat sebentar sebelum nanti jam 4 pergi les. Jadwalnya selalu padat, meski hari Minggu sekalipun!! Pagi, jam 7.15 sampai jam 14.00, dia ada di sekolah. Jam 16.00 sampai jam 21.00, dia ikut berjuta-juta kegiatan les, yang entah penting atau tidak. Waktunya dirumah, hanya dia pakai untuk istirahat, memperbaharui websitenya, atau mengerjakan tugas.
Selasa, 25 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar